INDUSTRIALISASI DI INDONESIA. NAMA: YESIKA YOSEFIA PARDEDE. NPM: 27215236. KELAS: 1EB17
INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal konsep industrialisasi adalah Revolusi industri abad 18 di
Inggris kemudian Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan kapas
yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor
produksi.
Industrialisasi adalah suatu proses interkasi antara perkembangan
teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang
untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk
sedikit & kekayaan alam melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Faktor-faktor
Pendorong Industrialisasi
a.
Kemampuan teknologi dan inovasi
b.
pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c.
Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki
industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah
seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
d.
Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan
ekonomi
e.
Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap
implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f.
Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam
industrialisasi
g.
Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi
industri orientasi ekspor.
Perkembangan Sektor
Industri Manufaktur Nasional
Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami
perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia
Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir,
dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari
1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di
Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang
sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output
dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih
relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi
di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum
merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan
Malaysia dan Thailand.
Permasalahan Dalam
Industri Manufaktur
Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara berkembang
masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju,
walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah
sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya
mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2
kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat
organisasi.
Kelemahan-kelemahan
structural di antaranya:
1. Basis ekspor
dan pasarnya yang sempit
a. Empat produk,
yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50% dari
nilai total manufaktur
b. Pasar tekstil
dan pakaian jadi sangat terbatas
c. Tiga Negara
(US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur Indonesia,
sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian
jadi
d. Sepuluh produk
menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
e. Banyak produk
manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia
mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat
f. Banyak produk
manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan daya
saing
2. Ketergantungan
impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya
industry berteknologi menengah
4. Konsentrasi
regional
Kelemahan-kelemahan
organisasi, di antaranya:
1. Industry skala
kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi
pasar
3. Lemahnya
kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM
Strategi Pembangunan
Sektor Industri
Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya
perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan dan cepatnya
terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam
negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk
luar, dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan
teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin
singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam
melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan
yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam
setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus merupakan paradigma baru yang
harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi
negaranya.
Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan
industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan
mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus
strategi pembangunan industri pada masa depan adalah membangun daya saing
sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses
industrialisasi, menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan
liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi perkembangan di masa yang akan
datang, pembangunan industri nasional memerlukan arahan dan kebijakan yang
jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan, kemana dan seperti apa bangun
industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka panjang.
Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah, issue, serta
tantangan di atas, Departemen Perindustrian telah menyusun Kebijakan
Pembangunan Industri Nasional yang telah disepakati oleh berbagai pihak
terkait, dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan melalui Konsep
Klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Sesuai
dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka menengah
(2005-2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk
pengembangan industri terkait dan industri penunjang.
Strategi
industrialisasi
1. Strategi
Subtitusi Impor
- Lebih menekankan
pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
- Strategi
subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
- Dilandasi oleh
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan
industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang
lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor
produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi
permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong
perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan
perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat
mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan
strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
•
Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
•
Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
•
Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost
economy
•
Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
3. Strategi Promosi
Ekspor
•
Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
•
Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya
dari pemerintah
•
Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai
jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
•
Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber
daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
4. Kebijakan
industrialisasi
Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan
sederhana
Dikuranginya
fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara
dan kebijakan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar